Pages

google ads

Showing posts with label Thunder. Show all posts
Showing posts with label Thunder. Show all posts

Friday, 19 April 2013

Pilihan Motor Sport Low End, Enjoy Buat Harian


Motor sport di kelas low end tergolong banyak pemainnya. Hampir semua agen pemegang merek punya produk yang menyasar di kelas ini. Antara lain dari pabrikan Jepang, Honda dengan New MegaPro dan Verza. Serta Suzuki yang lama mengandalkan Thunder 125.

Pabrikan non Jepang baik Korea maupun India yang bermain di kelas sport, rata-rata mengandalkan kelas sport low end ini. Sasarannya, biker yang berpindah dari bebek ke sport. Minerva ada 2 tipe, yaitu Minerva VX 150 dan Minerva X Road, lalu pabrikan India ada 3 tipe yaitu Pulsar 135, 180 dan TVS Apache RTR 160. Harga yang ditawarkan di kelas ini memang besda tipis dengan model sport yakni dikisaran 16-18 jutaan.

Dari banyaknya pabrikan yang bermain di kelas ini, dapat disimpulkan, pasar untuk sport kelas low ini tetap menarik. Karena pasarnya akan membesar. 
1. BAJAJ
Klaim dari pabrikan menyebutkan konsumsi BBM Pulsar cukup irit yakni di kisaran 40 km/liter. Walau begitu pabrikan asal india ini tergolong rajin dalam menawarkan fitur teknologi baru yang jarang ada di Indonesia. Salah satunya penggunaan dobel busi pada Bajaj 220  yang terbaru.

Soal spare part, Yossi dari Bintang Motor Sport, BSD Auto Parts Blok E No. 31, Jl. Letnan Sutopo, BSD, Tangerang Selatan, Banten, tidak merekomendasikan part substitusi. 

Misalnya sok belakang, produk aslinya sudah dilengkapi tabung gas nitrogen dari Bajaj Genuine Parts. Harga seken Bajaj Pulsar 135 tahun 2006 Rp 8,5 juta, Pulsar 200 tahun 2008 Rp 10 juta dan Pulsar 220 tahun 2011 Rp 11 juta.

2. TVS APACHE 140TVS seken di Jakarta tergolong jarang pemainnya. Seperti Fauzi dari Safir Motor di Jl. Basuki Rahmat No. 4, Cipinang, Jakarta Timur, yang mengaku belum pernah mendapatkan barang sekennya.

Ogy, Ketua TVS Motor Community menyebutkan jarang ada karena sayang kalau dijual. Untuk part substitusi, misalnya kampas kopling, bisa pakai milik Honda Tiger. 

"Termasuk filter oli, bisa mengadopsi punya Suzuki Smash atau Thunder 125," tambah Ogy. soal keiritan, Ogy yang sudah mencoba TVS dari Jakarta-Bali-Jakarta  menjamin 1 liter bisa 50 kilometer. "Itu pun saya pakai knalpot dobel lho. Kalau standar bisa lebih irit lagi," kagumnya pada motor kebanggannya.

3. HONDA
Honda Verza masih dalam kategori motor baru. Tetapi, mesinnya tidak jauh beda dengan Honda New MegaPro. Jadi, beberapa spare partnya bisa mengadopsi dari spare part Mega Pro. Nggak perlu khawatir kesulitan spare part.

Bedanya dengan New Mega Pro lama, pada sistem injeksinya dan head silinder-nya. "Pada Verza, head silinder dilengkapi sensor O2 untuk mendeteksi gas buangnya, sehingga gas buang yang dihasilkan lebih ramah lingkungan," terang Titut Winarto, kepala Bengkel Wahana Makmur Sejati di Jl. Gunung sahari, Jakarta Pusat.

Untuk sekennya masih sangat jarang, bahakan belom ada. "Di bengkel saja masih jarang yang servis," tambah Titut.

4. MINERVA
Pasaran seken Minerva di Jabodetabek tergolong kecil. Walau begitu model yang ditawarkan cukup menarik perhatian. Untuk Minerva X road dan VX 150 beberapa part bisa disubstitusi dari merek lain 

"Misalnya sokbreker belakang bisa pakai miliki Satria 120 atau NSR. karena panjangnya hampir sama. Tinggal menyesuaikan dudukannya," saran Joko Susilo, mekanik bengkel Minerva Kebon Jeruk di Jl. Panjang, Kebon Jeruk, Jkarta Barat.

Untuk part fast moving yang  lain Joko menyarankan tergantung dari kilometernya. Misalnya kampas rem belakang setipa 10 ribu kilometer serta servis berkala pada 20.000-25.000 km. Harga sekennya R 150 VX tahun  2009  Rp 6.000.000  (2010)  Rp. 9.500.000  dan (2011) Rp  11.500.000.

5. SUZUKI 
Dengan mesin paling kecil di kelasnya, tampilan Thunder 125 mirip motor sport kapasitas 150 cc. Motor ini tergolong irit, dalam pengetesan yang dilakukan MOTOR Plus award tercatat, Thunder 125 mampu lari sejauh 41 km per liter.

Kelebihan lain dari motor ini adalah kapasitas tangki yang cukup besar, yakni 14 liter. Untuk harga fast moving tergolong cukup murah, seperti saringan oli Rp 11 ribu, saringan udara di kisaran Rp 55 ribu. Untuk pasaran sekennya, Suzuki Thunder 125 memang dijual Rp 5,5 juta untuk tahun 2008, Rp 6 juta untuk 2009, Rp 7 juta untuk 2010 dan Rp 9 juta untuk 2011.

Sumber : motorplus-online.com

Friday, 31 December 2010

Aplikasi Karburator Suzuki Satria FU di Thunder 125, Ampuh Tingkatkan Performa


Tangerang - Performa Suzuki Thunder 125 terbilang cukup lah buat dipakai beraktivitas. Meski menurut beberapa mekanik, ada beberapa kendala yang kerap menyerang motor sport pabrikan berlambang S ini.

“Skep karburator gampang baret. Waktu masih kerja di bengkel Suzuki, beberapa kali saya ketemu masalah tersebut. Bisa jadi lantaran kurang perawatan,” aku Muhamad Supriyadi, mekanik Ultraspeed di kawasan Jl. Mencong, Tangerang.

Tapi ada segelintir anggapan bahwa kualitas bahan karbu Thunder 125 (Mikuni BS26SS) agak melempem. Tidak seperti pengabut bahan bakar dari keluarga Suzuki lainnya.

Makanya kata Choki (panggilan akrab Supriyadi), tak jarang pemilik Thunder menggantinya pakai karburator Satria FU, Mikuni BS26-187 (gbr.1).

“Selain diameter venturinya sama, karburator Satria FU lebih awet jeroannya dan bisa ningkatin performa mesin. Saya sudah pernah menerapkannya di motor konsumen,” tukas Choki.

Apalagi, lanjut pria peranakan Jakarta-Jawa ini, pemasangannya tinggal plug and play alias tidak perlu mengubah apa-apa.

Paling hanya perlu menyesuaikan ukuran spuyer (gbr.2). Untuk mesin standar, pilot jet sebaiknya pakai ukuran 15 (standar Satria FU: 12,5). Sementara main jet pakai ukuran 105 atau 110.

“Selain itu, bila tetap pakai dudukan selongsong kabel choke bawaan karbu FU, kabelnya agak dipendekin sedikit,” terang Choki.

Yuk, mending kita langsung buktikan saja ucapan Choki. Yakni dengan mengukur perubahan performa mesin lewat mesin dyno milik Ultraspeed (Dynomite buatan Amerika).

Bahan praktiknya di Thunder 125 standar keluaran 2006 yang sudah menempuh jarak 43 ribu km. Power maksimum standar motor itu terukur sebesar 9,739 dk/9.459 rpm. Sedang torsi puncaknya 8,515 Nm/6.554 rpm (lihat hasil dyno gbr.3)

Setelah mengukur performa standar, karburatornya lalu diganti pakai punya Satria FU. Namun saat pengukuran, pilot jetnya tetap menggunakan ukuran 12,5. Sedang main jet pakai 105. Putaran sekrup udaranya standar (1 3/4 putaran membuka).

Hasilnya, tenaga maksimum terkerek jadi 10,02 dk/9.857 rpm (naik 0,281 dk). Sedang torsi puncak naik jadi 8,637 Nm/6.603 rpm (naik0,122 Nm).

“Kayaknya masih bisa lebih besar lagi. Karena ketika hasil pembakaran pada busi (gbr.4) dicek, kelihatan masih agak kering. Kalau pilot jet dinaikkan 1 step lagi (jadi 15), saya yakin peak power dan torsinya bisa lebih tinggi lagi,” tutup Choki.

Tertarik?

Data Hasil Pengujian Dyno
Kondisi Max power Max torque
Karbu STD 9,739 dk/9.459 rpm
8,515 Nm/6.554 rpm
Karbu Satria FU 10,02 dk/9.857 rpm 8,637 Nm/6.603 rpm

Sumber : ototips.otomotifnet.com

Friday, 26 February 2010

Deteksi Sekring Suzuki Thunder 125 Sering Putus

OTOMOTIFNET - Sebut saja Bayu Maulana, pemilik Thunder 125 edisi 2008 ini bingung karena sekring motornya putus berkali-kali. “Setelah ganti kabel bodi baru yang harganya di atas Rp 300 ribuan, baru deh bisa normal lagi,” bilangnya.


Menurut Ari Kristanto dari GMotor, sekring Thundie sering putus pemicunya banyak hal dan di motor standar pun hal itu bisa saja terjadi.

Hal senada dibilang Benny Rachmawan dari Mitra2000. “Intinya, sekring putus itu disebabkan adanya arus pendek atau korsleting di bagian kabel bodi,” ujar pria berbadan subur ini.

Misal kawat kabel saling bersentuhan, pamasangan kabel tambahan atau kelebihan beban listrik akibat pemakaian peranti tambahan seperti klakson mobil atau spion sein. Nah dengan mendeteksi beberapa bagian, masalah sekring Thunder bisa teratasi. Apa aja tuh?

Pertama, periksa rangkaian beban seperti klakson atau lampu sein, baik yang standar atau optional. Kalau sekring putus ketika klakson ditekan, berarti masalah ada di rangkaian klakson. Begitupun dengan rangkaian lainnya seperti lampu utama dan sein.

“Intinya kalau putus ketika suatu kelistrikan diaktifkan, berarti di situ sumber masalahnya,” jelas Ari. Solusinya, cek dan urut lagi kabel-kabel yang berhubungan dengan rangkaian tersebut.


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

“Kalau ada sambungan kabel atau soket yang gak kencang, bisa bikin korsleting,” jelas Benny lagi. Masih sering putus juga? Coba cek kabel bodi utama yang ada di bawah tangki dekat komstir (gbr.1). Pada posisi itu, kabel bodi rawan tergencet komstir atau tangki saat setang dibelokkan.

“Kalo sudah begitu, kabel bisa terkelupas dan kontak dengan kabel lain atau sasis yang akhirnya bikin korslet,” ujar mekanik asal Yogya ini sambil bilang baiknya posisikan kabel bodi di bawah tangki di daerah cukup bebas atau lapang.

Nah kalau yang satu ini khusus buat yang sudah aplikasi CDI racing. Salah penempatan CDI ternyata bisa bikin sekring putus! Bisa begitu lantaran posisi peletakan CDI yang kontak langsung dengan sasis motor alias tanpa bantalan (gbr.2).

“Getaran yang dihasilkan mesin lewat sasis dapat merusak rangkaian di dalam CDI. Itu sebabnya mengapa hampir semua CDI standar pabrik pada tiap motor gak dibaut menyatu sasis, melainkan hanya di ‘slot’ dengan bahan karet yang notabennya dapat meredam getar,” urai Ari.

Selain itu, ada anggapan bahwa mengganti jenis dan model sekring dapat memecahkan masalah. Ngawur! Kalaupun diganti, alasannya hanya sekadar kebutuhan model sekring yang lebih mudah didapat seperti sekring mobil (gbr.3).

Sedang untuk ukuran ampere, baiknya tetap pakai ukuran ampere standar yakni 15 ampere (gbr.4). “Kalau sekring sering putus, angka ampere jangan dinaikan, karena bisa berakibat fatal seperti terbakar. Toh, kalau kabel bodi sehat, cukup pakai 15 ampere, pasti tokcer,” tutup Ari.

Sumber : ototips.otomotifnet.com

Tuesday, 23 February 2010

Pasang Stoplamp LED Di Thunder 125, Tahan Sampai 2 Tahun!

OTOMOTIFNET - Motomania pasti enggak mau mengalami kejadian nahas seperti yang dialami Adhi. Pembesut Suzuki Thunder 125 ini tertabrak pengendara lain dari belakang. Penyebabnya cukup sepele, lampu rem mati karena bohlam putus. Jadi saat mengerem, pengendara di belakangnya tak tahu, kaget dan brukkkk... serudukan sulit dihindari!


“Lampu remnya memang suka mati, bohlamnya belum lama diganti, eh putus lagi! Memang harganya murah dan menggantinya pun gampang, tapi kalo putus terus bisa berabe, bikin celaka gini,” keluhnya.

Dengan rasa ingin tahu yang besar penyebab sering putusnya bohlam, warga Jaksel ini langsung bertanya pada salah satu pawang Thunder 125. Dan ternyata tak hanya dirinya yang mengalami nasib serupa! Waduh…

“Masalahnya di kabel massa atau ground fitting lampu rem yang hanya menjepit rumah bohlam (gbr.1), akibatnya arus putus-nyambung, ditambah lagi getaran dari mesin, efeknya bohlam gampang putus. Beda dengan motor lain yang disolder,” ujar Andryanto, dari bengkel Thunderist Pit Stop (TPS).


Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

Masih menurutnya. “Karena banyak yang mengalami, maka gue putar otak gimana cara mengatasi, akhirnya ketemu dengan mengandalkan lampu LED (Light Emitting Diode) (gbr.2), biayanya murah dan daya tahan lama, bisa sampe 2 tahun!” seru pemilik bengkel yang berada di Jl. Raya Lenteng Agung, Jaksel ini sembari menambahkan kalo LED itu butuh arus enggak banyak.

Gimana cara pasang produk yang dihargai Rp 40 ribuan ini? Yuk, bongkar! Pertama, buka dua baut mika lampu rem dengan obeng kembang. Lalu, lepas bohlam orisinal dari tempatnya dengan memutarnya ke kiri (gbr.3), dilanjutkan memasukkan kabel LED dari fitting tadi.


Gbr 5

Gbr 6
Penempatan LED direkatkan pada reflektor. Agar rangkaian dapat menempel, siapkan lem perekat kaca atau glue gun (gbr.4) yang biasa dipakai untuk kaca akuarium. Bubuhkan di bagian sisi kiri dan kanan lampu LED (gbr.5).

Penyambungan rangkaian cukup simpel. Dari kabel LED yang berwarna merah disambung ke kabel warna abu-abu/cokelat. Lalu, kabel warna putih ke kabel warna putih/hitam, dan warna hitam ke kabel hitam/putih (massa) (gbr.6).

Nah, kalo penyambungan dan pengeleman sudah selesai, jangan lupa kabelnya diisolasi biar gak korslet. Trus, tes lampu LED-nya dengan menarik tuas rem depan atau menginjak rem belakang. Nyala, gak? Kalo rebes alias beres, tutup lagi mikanya.

Oke kannnnnn...?

Sumber : ototips.otomotifnet.com

Thursday, 18 February 2010

Panduan Ganti Kabel Spidometer Suzuki Thunder 125

OTOMOTIFNET - Di tiap edisi, kami selalu ingatkan, agar besutan awet, ya harus dirawat. Tapi masih saja ada motormania cuek. Sehingga, begitu tunggangan bermasalah, baru deh panik. Seperti dialami Hadi Prana, pemilik Suzuki Thunder 125 edisi 2007.

Akibat kurang peduli sama si Thundie, warga Jl. Pedurenan No.8, Karang Tengah, Tangerang, Banten ini langsung pusing tujuh keliling. Gara-gara, alat pengukur kecepatannya alias spidometer gak bergerak. Wah, ada apa nih! Bingungnya sembari garuk-garuk kepala.

Gara-gara hal itu, pria berjenggot ini jadi gelisah. “Wajar, sebab berkendara jadi tak ada patokan kecepatannya. Nanti bisa celaka lagi,” khawatir Hadi. Makanya, ia pun langsung meluncur ke dealer Suzuki Daanmogot (SD), di Jl. Raya Daanmogot No.116a, Jakbar.

Di depan Triyanto (kepala mekanik SD), dengan tampang paniknya, Hadi mulai berkoar masalah yang sedang dihadapinya. “Kalau spidometer mati, mungkin kabel spido sudah gak benar (gbr.1),” ucap kepala mekanik sopan ini. “Nah, ada beberapa faktor yang menyebabkan spidometer tak berfungsi.”


Gbr 1

gbr 2

Gbr 3

Gbr 4

Misal, kotor. “Sehingga kotoran itu menyelimuti peranti yang biasa disebut gigi nanas. Alhasil mekanisme penggeraknya macet dan bikin kabel spido putus (gbr.2),” jabarnya. Selain itu menurutnya, mengerem mendadak saat besutan melaju kencang juga bisa memicu problem itu, lo.

Jadi, motomania harus rajin mengecek peranti yang mudah dimasukin kotoran. “Minimal 1 bulan sekali untuk merawatnya,” sarannya. Oke sebelum membongkar motor Hadi, tebus dulu peranti itu Rp 45 ribu. “Harga itu sudah termasuk ongkos pasang, ya,” bilang kepala mekanik ini.

Buat membongkar peranti ini cukup gunakan tang, bensin dan gemuk. Pertama yang dilakukan Triyanto, membuka pengait kabel gas pakai tang (gbr.3). “Oh iya sekalian copot bagian atas yang ada di spidometer, ya,” tuturnya.

Sebelum pasang yang baru, bersihkan dulu gigi nanas dengan semprotan angin dan bensin (gbr.4). Itu biar kotoran mudah rontok. Kalau sudah, kasih gemuk secukupnya (gbr.5), agar puturannya lancar. Lantas pasang yang baru, deh. Tahapannya tinggal membalik langkah kerja waktu membuka tadi.

Gimana, berfungsi lagi, kan?

Sumber : ototips.otomotifnet.com