OTOMOTIFNET - Beberapa tahun ke belakang, Suzuki Smash merupakan salah satu motor yang disegani di road-race Indonesia. Bahkan pada 2008 mengantarkan Owie Nurhuda, pembalap tim Suzuki Chia Felix, menjadi juara umum di Asian GP kelas underbone 115 cc.
Catatan itu membuktikan basis Smash bisa dibuat kencang. Nah, bagaimana jika untuk harian? Tentu bisa juga, namun tentu saja speknya tak perlu seheboh besutan road-race. Yang penting akselerasi lebih cepat dari standar, dengan menaikkan torsi sejak putaran bawah.
“Cukup bore-up sedikit, dan maksimalkan komponen standarnya sudah cukup kok,” buka Nasrudin Kamil, pemilik bengkel Ondols Selatan Motor (OSM). Salah satu mekanik yang spesialis Smash, karena juga anggota Club Smash Jakarta (CSJ).
Piston Thunder 125, bibirnya dibubut 1,5 mm dengan lebar 6 mm dan sudutnya 10 derajat |
Pengapian dibuat lebih maju dengan menggeser pick-up di magnet |
Karburator direamer jadi 22mm |
Kepala silinder hanya diporting 1mm |
Meminjam salah satu contoh garapan, milik Supriyadi yang setiap hari mesti menempuh kemacetan dari Depok ke Jakarta. “Akselerasinya lebih enak, cocok saat ketemu macet yang mesti bermanuver di antara mobil, tetap irit pula,” ujar pehobi turing ini.
Dari hasil pengukuran pakai dynometer merek Dyno Jet tipe 250i milik Sportisi Motorsport, yang menonjol torsinya, tercatat 9,28 Nm pada 5.800 rpm. Jauh beda dibanding standarnya yang didapat pada 8.000 rpm.
Pantas, betot gas sedikit saja langsung melejit. Benar-benar Si gesit irit!. Apa saja yang dilakukan mekanik yang biasa disapa Chumil ini?
Blok dan Kepala Silinder
Blok dibore-up pakai piston Suzuki Thunder 125 oversize 0. Diameternya 57 mm, sehingga kini jadi 124,46 cc. Caranya blok standar cukup dikorter menyesuaikan piston, “Ketebalannya masih mumpuni kok, buktinya dipakai turing ke manapun tak ada masalah,” papar mekanik 25 tahun ini.
Piston yang tertanam mesti mengalami ubahan. Bibir piston dibubut 1,5 mm dengan lebar 6 mm dan sudutnya 10º, tujuannya agar tak membentur head dan mengarahkan bahan bakar ke tengah. Lalu coakan klep diperdalam 1 mm agar aman dari klep.
Kepala silinder hanya diporting pada saluran masuk dan buang. Pembesaran mencapai 1 mm. Intake manifold juga diperbesar, diameternya jadi 21 mm.
Noken As
Bagian pantat dipapas 1 mm. Sayang saat ditanya durasinya, mekanik berbodi irit ini mengaku belum mengukurnya. Padahal dari durasi kem, karakter tenaga bisa dibaca.
Karburator
Dirombak agar kebutuhan campuran bahan bakar dan udara yang disuplai bisa lebih banyak. Caranya dengan mereamer venturi jadi 22 mm. Sedang kombinasi pilot jet dan main jet ketemu 17,5 dan 97,5.
Pengapian
Salah satu kuncian tercipta torsi besar di putaran bawah, dan putaran mesin jadi lebih tinggi ada di pengapian. Caranya? Pertama memajukan waktu pengapian 3º, dari 12º jadi 15º sebelum TMA, dengan menggeser pick up yang ada di magnet.
Lalu biar putaran mesin lebih tinggi limiter CDI dibuka. “Cukup mem by-pass dua terminal yang ada di dalam CDI,” terang Chumil sambil menunjukkan salah satu kuncian tersebut.
Knalpot
Standarnya dibobok, agar aliran gas buang lebih lancar. Tak lupa agar suara lebih empuk mesti dikasih glasswool. “Standar tanpa dibobok sebenarnya bisa, namun kurang maksimal, tenaganya jadi sedikit tertahan,” tutup pria yang baru dikaruniai anak pertama ini.
Part dan jasa | |||
Piston kit, korter + coak | 240.000 | ||
Reamer karburator | 75.000 | ||
Ubah pick up magnet | 60.000 | ||
Top set | 45.000 | ||
Pilot jet & Main jet | 45.000 | ||
Busi Autolite | 15.000 | ||
Bobok knalpot | 150.000 | ||
Jasa | 250.000 | ||
Total | 880.000 | ||
Data performa | |||
standar | Upgrade | Kenaikan | |
Tenaga | 8,3 dk / 8.000 rpm | 8,91 dk / 7.700 rpm | 0,61 dk |
Torsi | 8,23 nm / 8.000 rpm | 9,28 nm / 5.800 rpm | 1.05 nm |
No comments:
Post a Comment