OTOMOTIFNET - Tentu senang jika punya motor bisa bikin orang lain berdecak kagum. Tak hanya tampilan kinclong dan resik, tarikan juga yahud tentunya. Memang, beberapa modifikasi alias korekan mesin membuat lari makin ngacir, tetapi belum tentu nyaman buat harian.
Nah, kali ini Mr. Testo merekomendasikan modifikasi harian yang masih tetap nyaman dipakai sehari-hari. Ini juga sekaligus menjawab surat teman-teman yang masuk ke email mr. testo (mr.testo10@gmail.com).
PERANTI STANDAR
Seperti pada tunggangan milik Utomo yang dikorek oleh Kaper, dari bengkel umum di kawasan Ciledug, Tangerang, Banten. Pemiliknya memang senang sama besutan yang lari kencang, tetapi tak ingin motornya hanya bisa dipakai balap.
Yang penting masih bisa dipakai sehari-hari untuk mengantarnya ke tempat kerja maupun menjadi andalan berboncengan dengan sang pacar. Nah, memangnya mau ngebut bawa pacar? Enggak asyik, bukan? Makanya, Jupiter Z milik desainer grafis di perusahaan swasta ini mesti tetap nyaman digunakan.
Korekan yang dilakukan Kaper sebenarnya cukup banyak, meski ubahan yang paling utama pada kepala silinder dan jeroan-jeroan cylinder head itu. Seperti ubahan pada klep standar yang dibikin lebih besar. Menurutnya, klep pakai diameter 26 dan 23 mm untuk katup masuk dan buang itu.
Karbu PE 24, masih tidak meminum bensin terlalu banyak | Knalpot masih standar tetapi tarikan pun lebih gahar |
Diuji menggunakan Race Logic, korekan harian lebih cepat | CDI barter dengan punya Vega |
Lalu untuk menaikkan kompresi, kepala silinder dipapas 0,5 mm. Sementara noken as standar diubah jadi berdurasi 272, dengan lift 8,5 mm. Noken as tadi bekerja sama dengan per klep yang menahan klep masuk dan buang. Per klep ini diambil dari Honda Sonic, hanya tingginya disesuaikan dengan noken asnya. Per klep ini memiliki kekerasan lebih baik ketimbang standarnya, sehingga mampu menjaga buka-tutup klep dengan baik di putaran tinggi.
Noken As, salah satu penentu tarikan lebih baik |
Sementara piston, digantikan dengan Izumi dengan oversize 1.00 mm, dengan dome 3 mm. Dengan begitu kompresi yang dihasilkan pun lebih tinggi. Walau pun begitu, Utomo masih bisa menggunakan bensin sekelas Pertamax yang beroktan 92. “Saat menggunakan Premium masih bisa, meski tarikannya terasa kendor, dan ada gejalan ngelitik,” ujarnya.
Sementara pengapian boleh dibilang memiliki pilihan tepat, yaitu tetap pakai peranti standar yang dijual di pasaran. “Seluruh sistem pengapian, mulai koil, CDI menggunakan komponen milik Yamaha Vega,” kata Utomo.
Karburator PE 24 dipercaya sebagai pengabut bahan bakar yang mengalir ke dalam ruang bakar Yamaha Jupiter Z itu. Main jet 112 serta pilot jet 40 diandalkan dalam karburator itu.
Sementara final gear, menggunakan sproket 13 di depan dan 33 untuk gir belakang. “Memang tarikannya terasa berat di awal, tetapi top speednya jadi lebih baik,” kata Utomo.
Data Spesifikasi | ||
Klep in / Out | 26/26 mm | |
Head papas | 0.5 mm | |
Per klep | Sonic | |
noken as | Standar Durasi 272 lift 8,5 mm | |
Piston | Izumi 1.00 mm dome 3 mm | |
Kaburator | PE 24 main-jet 112 pilot-jet 40 | |
koil/cdi | Standar Yamaha Vega | |
Final gear (depan/belakang) | 13/33 | |
Total biaya | Rp 1,5-2 Juta | |
Jupiter Z | Standar | Modifikasi |
0-60 km | 8,6 | 5,9 |
0-80 km | 14,2 | 9,7 |
0-100 meter | 9,0 | 6,8 |
0-201 meter | 14,2 | 12,7 |
Top Speed | 105 km/jam | 120 km/jam |
Sumber : ototips.otomotifnet.com
No comments:
Post a Comment